SUARA KEADILAN || JAKARTA
Sosok yang semakin menonjol dalam kancah pemikiran hukum, Sabar Manahan Tampubolon, memberikan pandangan tegas mengenai pentingnya penguasaan dasar-dasar hukum, khususnya dalam penyusunan gugatan.
Pernyataan ini disampaikan dalam unggahan visual terbarunya yang mengawali hari dengan pesan inspiratif. (15/11/2025)
Dalam foto yang beredar, Bapak Tampubolon terlihat menyapa publik dengan ucapan,
"Selamat pagi gyus! Sorry hari ini fokus." Namun, fokus utama yang ia soroti adalah peringatan keras bagi para praktisi dan calon praktisi hukum melalui kutipan yang menohok.
"Jangan bilang orang hukum, jika dalam membuat gugatan tidak memahami apa itu 'Posita' dan 'Petitum' serta menempatkan dasar dasar hukum nya!"
Menegaskan Kembali Fondasi Hukum Acara
Pernyataan ini bukan sekedar kritik, melainkan sebuah penekanan fundamental mengenai kompetensi dasar dalam Hukum Acara Perdata.
Bapak Sabar Manahan Tampubolon menegaskan bahwa Posita (dasar atau dalil gugatan) dan Petitum (hal-hal yang dimohonkan untuk diputuskan oleh hakim) merupakan dua pilar utama yang tak terpisahkan dalam setiap gugatan.
Posita,Harus memuat uraian faktual dan dasar hukum yang jelas (fundamentum petendi), menjadi landasan bagi tuntutan.
Petitum, Harus koheren dengan Posita dan merumuskan secara spesifik apa yang diminta dari pengadilan.
Kegagalan dalam memahami dan menyusun kedua komponen ini dengan benar dapat berakibat fatal, seperti gugatan menjadi kabur (obscuur libel) dan berpotensi tidak diterima oleh Majelis Hakim.
Visi Menuju Pakar Hukum yang Mumpuni
Melalui pandangan ini, Bapak Sabar Manahan Tampubolon memancarkan visi yang kuat sebagai seorang yang berkomitmen pada integritas dan keilmuan hukum.
Pesan beliau menjadi pengingat bagi seluruh praktisi, dari advokat hingga akademisi, bahwa pemahaman teoritis harus diimbangi dengan kecakapan praktis dalam penerapan hukum acara.
Sikap tegas ini semakin mengukuhkan reputasi beliau sebagai calon pakar hukum yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga menjunjung tinggi ketepatan dan ketelitian dalam praktik legal formal.
Komitmen beliau untuk "fokus" pada hari itu tampaknya tidak hanya tertuju pada aktivitas pribadi, tetapi juga pada upaya berkelanjutan untuk mencerdaskan pemahaman publik dan profesional hukum tentang esensi dasar profesi mereka.
Publik dan komunitas hukum diharapkan dapat mengambil hikmah dari pencerahan ini, menjadikan ketepatan dalam menyusun gugatan sebagai standar baku yang tidak bisa ditawar.
TEAM PRIMA
